Geliat Buleleng dengan topik “Antisipasi Kebakaran Musim Kemarau di Kabupaten Buleleng”
Izin Melaporkan,
*Fakta-Fakta:*
A. Pada hari Selasa, 30 September 2025, pukul 10.00 WITA, bertempat di Radio Singaraja FM, Jalan Singaraja-Seririt, Desa Tukadmungga, Kecamatan dan Kabupaten Buleleng telah dilaksanakan giat Geliat Buleleng dengan topik “Antisipasi Kebakaran Musim Kemarau di Kabupaten Buleleng”.
B. Hadir dalam giat:
1. Plt. Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kabupaten Buleleng (Komang Kappa Tri Aryandono, S.IP., MM)
2. Ka. Bid. Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Buleleng (I Gusti Bagus Rony Arinata, SH)
3. Penyiar Radio (Made Artama)
C. Adapun rangkaian kegiatan sebagai berikut:
1. Penyampaian Penyiar Radio (Made Artama), yang intinya:
a). Selamat pagi pendengar Singaraja FM. Kita saat ini sudah mulai memasuki musim kemarau. Perlu kita ketahui bersama, Buleleng termasuk salah satu wilayah di Bali yang rawan kebakaran. Karena itu, kesiapsiagaan menghadapi potensi kebakaran bukan hanya tugas instansi terkait, tapi juga membutuhkan peran aktif dari seluruh masyarakat.
b). Bagaimana strategi hingga himbauan untuk kita lebih siap akan potensi kebakaran yang terjadi di Buleleng. Maka hari ini hadir bersama saya instansi terkait dalam membahas topik hari ini.
2. Penyampaian dari Plt. Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kabupaten Buleleng (Komang Kappa Tri Aryandono, S.IP., MM), yang intinya:
a). Pertama, perlu kami sampaikan bahwa tugas dan fungsi Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kabupaten Buleleng sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng No. 13 Tahun 2022 tidak hanya sebatas pemadaman kebakaran. Kami juga memiliki peran penting di bidang pencegahan, penyelamatan, investigasi, penyediaan sarana dan prasarana, serta pengumpulan data.
b). Kondisi iklim dan cuaca yang tidak menentu belakangan ini menyebabkan meningkatnya potensi kebakaran. Berdasarkan data, jumlah kejadian kebakaran di Kabupaten Buleleng mengalami peningkatan signifikan sejak Agustus, yang didominasi oleh kebakaran lahan. Pada bulan Agustus tercatat kurang lebih 16 kejadian, kemudian meningkat hampir dua kali lipat menjadi 33 kejadian pada bulan September. Dari hasil investigasi, sebagian besar kebakaran dipicu oleh kelalaian masyarakat, seperti pembakaran sampah di lahan kering yang kemudian merembet menjadi kebakaran.
c). Wilayah di Kabupaten Buleleng dengan risiko tertinggi adalah Kecamatan Gerokgak karena banyaknya lahan kering. Namun, dalam periode terakhir justru Kecamatan Buleleng mencatat lebih banyak kejadian. Oleh sebab itu, langkah antisipasi sudah dilakukan melalui imbauan Bupati agar camat dan perbekel memastikan tidak ada aktivitas pembakaran sampah di wilayah masing-masing. Secara aturan, pembakaran sampah memang dilarang, namun praktik ini masih sering dijumpai dan berpotensi meluas menjadi kebakaran, bahkan di Tempat Pembuangan Sampah (TPS).
d). Data 2025 juga menunjukkan peningkatan frekuensi kebakaran dari Januari hingga September. Bulan Juli tercatat 14 kejadian, Agustus 16 kejadian, dan September melonjak menjadi 33 kejadian. Inilah dasar mengapa sejak Agustus kami mengeluarkan imbauan resmi.
e). Tahun ini, melalui BRIDA, kami menyusun sistem proteksi kebakaran. Kami juga telah membentuk relawan di setiap kecamatan. Namun, karena keterbatasan anggaran, relawan tersebut belum dapat dilengkapi dengan Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Untuk itu, kami berharap perbekel selaku pimpinan di desa dapat mengalokasikan anggaran guna mendukung upaya proteksi kebakaran. Pendekatan kami juga menyasar pelaku usaha, agar mereka memiliki sistem proteksi internal dalam penanganan kebakaran.
f). Saat ini, kami hanya memiliki 3 pos damkar yang tersebar di Buleleng, Kubutambahan, dan Seririt. Armada yang tersedia pun terbatas, karena pengadaan terakhir dilakukan pada tahun 2008. Dengan kondisi topografi Buleleng yang luas, respon time hanya dapat optimal jika kejadian terjadi di sekitar pos. Oleh sebab itu, kami juga menjalin kerja sama dengan PLTU Celukan Bawang yang memiliki armada pemadam.
g). Walaupun ada keterbatasan, kami berkomitmen penuh untuk selalu siaga. Peralatan rutin kami periksa agar siap digunakan kapan pun ada panggilan, dan kami selalu berusaha cepat meluncur ke lokasi. Namun, tentu masyarakat perlu memahami jika ada kendala teknis tertentu di lapangan.
h). Yang terpenting, kami menegaskan bahwa bila ada laporan masyarakat ke Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanganan Kabupaten Buleleng, akan selalu kami tindaklanjuti. Itu adalah wujud ketulusan kami bekerja untuk membantu dan melayani masyarakat Kabupaten Buleleng.
3. Penyampaian dari Ka. Bid. Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Buleleng (I Gusti Bagus Rony Arinata, SH), yang intinya:
a). Perlu kami sampaikan, bahwa bulan September atau pertengahan bulan Oktober yang biasanya menjadi puncak musim kemarau, tahun ini justru berbeda karena yang terjadi adalah kemarau basah. Karakteristik wilayah Bali Selatan dan Bali Utara memang berbeda, di mana potensi kekeringan di Kabupaten Buleleng relatif lebih tinggi.
b). Setiap kecamatan memiliki kelas risiko kebakaran yang berbeda-beda. Untuk Kabupaten Buleleng secara umum masuk kategori sedang. Berdasarkan data kami, wilayah barat dan timur Buleleng merupakan daerah yang paling sering terjadi kebakaran. Dalam penanganannya, kami terus berkoordinasi dengan pihak terkait, baik Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Bali Utara maupun Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Buleleng.
c). Di musim kemarau, penyebab kebakaran tidak hanya berasal dari rokok atau pembakaran sampah. Faktor angin juga sangat berpengaruh karena dapat memperluas titik api dengan cepat. Jika biasanya ada kejadian kebakaran pemukiman, pada musim kemarau kasus yang lebih dominan adalah kebakaran lahan kering.
d). Sebagai langkah antisipasi, kami terus membentuk Destana (Desa Tangguh Bencana). Relawan ini kami latih agar dapat meneruskan informasi sekaligus melatih masyarakat di desa masing-masing. Kami juga menghimbau masyarakat agar tidak membuang puntung rokok sembarangan, terutama di kawasan hutan atau lahan kering. Yang paling penting adalah kesiapsiagaan masyarakat sendiri, karena dengan kesiapan bersama kita bisa lebih tangguh dalam menghadapi potensi bencana apapun, termasuk kebakaran.
4. Kegiatan dilanjutkan dengan Dialog Interaktif/Tanya Jawab dengan pendengar Radio Singaraja FM
5. Penyampaian pesan dan himbauan
6. Penutup
D. Seluruh rangkaian kegiatan Geliat Buleleng dengan topik “Antisipasi Kebakaran Musim Kemarau di Kabupaten Buleleng selesai pada pukul 11.00 WITA, berjalan dengan lancar dan kondusif.